Pernahkah kau melihat seorang laki-laki tua berjalan di atas kerasnya aspal, di teriknya mentari, tanpa topi, dengan beban di pindak kirinya, dan mulut keringnya berteriak tanpa henti, sambil berharap telinga pembeli dengar dan datang menghampiri? merekalah gambaran kerasnya kehidupan, demi keluarga mereka rela berjalan jauh tanpa perduli marahnya matahari, fisik yang terlihat renta takan jadi penghalang untuk berjuang, kaki tua itu terlihat berat untuk berjalan, membayangkan berapa perut yanng menati nya kembali, menjadi satu motivasi diri untuk terus berlari, jika kau tau apakah sebanding yang dia hasilkan dari jerih payahnya?
orang tua rela berjalan jauh demi kebahagiaan keluarga, melupakan usia demi kebahagiaan dan keberlangsungan hidup, demi sesuap nasi yang akan terhidang di meja, adakah orang yang mampu menyamai orang tua? beliau memegang tanggung jawab kepada keluarga, lalu apa yg bisa kau balas untuknya?
tak jarang kita berbicara semaunya, berceloteh dan menyalahkan orang tua kita, dengan kata-kata yang tak layak, dengan makian yang tak pantas, lalu kita seolah-olah menjadi hakim atas apa yang di lakukan ayah kita adalah kesalahan terfatal, ya kesalahan karena tak bisa hidup kaya, sehingga dia terlahir sebagai anak yang miskin, menyalahkan orang tua sebagai takdir, tanpa mempertimbangkan tetesan keringat orang tua kita yang rela untuk tidak kaya karena ingin melihat anaknya menjalani hidup yang lebih layak, tanpa mempertimbangkan ucapan yang keluar kau terus menghujadi hujatan dan terus melukai hatinya.
pernahkah terfikir olehmu jika kelak kamu telah berkeluarga kamu mampu lebih baik dari orang tuamu? jika pun mampu terfikirkah olehmu jika apa yang kamu lakukan itu adalah jerih payah dan doa dari orang tuamu?
jika saja mereka tak membesarkanmu, tak merawatmu, tak membiyayaimu sekolah, apa kamu mampu menjadi seperti sekarang ini?
lalu apa balasanmu untuk mereka ketika kamu sukses? apakah kamu mampu membalasnya? dengan apa kamu membalasnya?
saat usiamu beranjak dewasa kamu berkeluarga, dan memiliki kehidupan sendiri, pernahkah terbersit di fikiranmu seperti apa yang pernah di fikirkan orang tuamu saat berjalan di aspal hitam itu?
sudahkah keluargaku makan? lalu saat dirimu pergi dengan memakai kendaraan mewahmu pernahkan terfikir dalam benakmu apa yg kamu naiki sebelum kamu sukses seperti sekarang ini?
orang tuamu yang mengendongmu, orang tuamu yang merelakan separuh malamnya untuk menjagamu, orang tuamu yang merelakan hidupnya untuk tidak menjadi kaya karena ingin melihatmu bahagia dan sejahtera, bayang kan jika mereka tidak merawatmu, hitunglah jika biayaya merawat, membesarkan, dan menyekolahkanmu di kumpulkan apakah kamu masih berani berkata bahwa orang tuamu miskin?
kamu tak sadar kamulah yang miskin, kamulah yang pengemis, kamu taakan ingat saat kau kecil, apa yang bisa kamu lakukan ketika kamu lapar, kamu haus, kamu sakit? kamu hanya bisa menangis, dan kini sudah saatnya kamu buat orang tuamu menangis, menangis dengan kebanggaannya terhadapmu, dengan sesuatu yang membahagiakannya, dan jangan kau buat mereka menangis dengan lidahmu, dengan tingkahmu, ingatlah orang tuamu yang mampu menerima keadaanmu di mana saat itu taada satu orangpun yang mau, senakal apapun kamu dulu, sebandel apa kamu dulu, mereka tetap memelukmu. kamu masih ingat ketika kamu menangis dulu, pelukan siapa yang datangn menghampirimu, perlindungan siapa yang setia bersamamu?
ingatlah masa di mana kamu bisa menemukan cinta yang terbaik, orang tualah jawabnya, siapa yang masih menerimamu saat orang lain menjauhimu karena kegagalanmu? merekalah orang tuamu merekalah yang siap untuk kau lupakan, merekalah cinta sejati, cintanya tanpa menuntut apa-apa, merekalah orang tuamu, yang kini kesepian karena telah kau tinggalkan, sibuk bersama keluarga barumu, merekalah yang hanya bisa tersenyum saat kau tak lagi di pandangnya, mereka kesepian di hari tua, mereka menangis lara karenamu, rindu mereka tak pernah padam, lihatlah kriput wajah mereka, nanarnya mata tua itu, tonjolan tulang, dan lampu yang berada di rambut mereka, kawan selagi masih bisa kau peluk mereka kenapa tak kau lakukan, malukah kau mengatakan cinta terhadap orang yang mencintaimu? peluklah orang tuamu sebelum kau memeluk pusaranya kelak, menangislah di hadapannya sebelum kau menangis di pusaranya kelak, ajarilah anakmu memanggilnya nenek dan kakek, sebelum mereka memanggil dalam bingkai, semua belum terlambat balaslah budi mereka walau kau tau taakan terbalas budi mereka tapi kamu bisa menjadi anak yang mebanggakan jika kau mampu membahagiakannya sebelum tuhan yang membahagiakannya di SURGA....


No comments:
Post a Comment