Thursday 18 August 2016

SENIOR ABADI



Derita mahasiswa semester tua, jarang kenal ama adek tingkat, terlihat bodoh karena ga lulus-lulus tambah lagi kalau ketemu dosen seperti maling ketauan, di anggap perusak akreditasi dan merasa minder kalau mau kenalan ama orang lain, takut di tanya semester dan juga kapan wisuda.
Itulah jalan hidup saya, apa lagi kalau waktu pulang sangat luar biasa banyak hujaman kata dan sering kita tak berdaya, kapan wisuda, lama amat, kenapa bego apa maen-maen aja,?
Mereka ga tau seperti apa kita berjuang untuk wisuda dan seperti apa kita harus bertahan di atas badai cerca dan riuhnya gunjingan di telinga, apalagi jika sampai bertemu dengan adek tingkat yang jauh di bawah kita dan dia membawa seonggok kertas yang telah di jilid cover emas, rasanya septi menjadi manusia terbodoh di dunia.
Ga malu kalau kaya gitu, hay bro fikir sekali lagi pertanyaan ente, kami para mahasiswa abadi yang harus menanggalkan rasa malu untuk mencapai cita-cita kami, kami harus bisa bertahan dalam tekanan orang tua, masyarakat, saudara dan teman-teman, kami teruji jika kami mampu melewatiini, kami terbiasa dengan tekanan, dan kami menjadi manusia yang berani menerima kesalahan dan siap memperbaiki.
Jika saja kami berhenti apa gunjingan kalian akan berhenti, tidak tentunya kalian akan lebih menertawakan kami dan dengan lantang kalian berucap manusia gagal, kami boleh telat tapi kami ga mau gagal, kami boleh terhina tapi kami bisa mengatasinya, karena kami manusia terpilih yang harus siap dengan keadaan ini, dan kami siap untuk terus berjalan tanpa lagi melihat kalian.
Bagi kami para senior yang telah habis masa aktif dan berujung di masa tenggang, seperti berjalan di atas duri yang tajam tapi kami terlatih untuk tersakiti, dan nasib kami nanti siapa yang akan tau, jadi seperti apa kami dan bagaimana kami nantinya.
Kalian hanya bisa menjudge kami sebagai manusia bodah, tapi apa yang akan kalian katakan jika kami berhenti sampai disini, apa kalian akan diam dan turut bersedih, apa sedih dan diam kalian membuat kami merasa bahagia?
Apa kalian berfikir dan bertanya tentang masalah kami disini, jika saja kalian berada pada posisi kami apa kalian yaqin tak mengikatkan tali di leher atau pergi menghindar dari situasi ini, mampukah kalian berada di posisi ini?
Jika saja kalian tau seperti apa perjuangan kami mungkin kalian akan berfikir ulang untuk bertanya kepada kami di sini, dan mulai memberi kami motivasi bukan sebuah hinaan dan cacian seperti ini.
Kami hanya butuh sebuah toleransi, bukan sebuah kebiri, mungkin kami terlihat buruk karena terlalu lama berada di sini, tapi apakah kalian pernah berfikir apa yang akan terjadi pada kami nanti, takdir telah menanti jika ini sebuah kesalahan ijinkan kami memperbaiki dan jika ini adalah sebuah takdir kami terima dengan iklas tapi hanya satu doa kami jangan tambah kehinaan kami dengan gagal di ujian akhir kami.
Karena untuk mencapai ini kami telah relakan waktu, tenaga, harta dan fikiran kami, sebuah ketotalan yang kami beri ini semoga berarti bagi kami di suatu hari nanti.
HORMAT KAMI SENIOR ABADI