Sejauh apa kamu bisa berlari terus- menerus mengelabuhi hati, jika senyum itu tulus adanya maka ajar kan aku menjadi dirimu, jika tawa itu benar disana maka ajarkan aku menjadi dirimu, dan jika benar bahagiamu berada jauh dariku maka ajarkan aku menjadi diriku yang dulu, agar tak lagi akau merasa sepi di pelukan mimpi, dan merasa sendiri di riuhnya hari.
Jika salam yang kau berikan adalah duka buat diriku maka aku akan menjadikannya hiasan berarti dalam hatiku, mengingatmu seperti duri yang berada di kakiku, semakin akau berjalan semakin dalam kau menusukku, jika saja benar tawamu adalah jauhku maka akan ku lakukan walau ku tau itu sangat menyakitkanku, asal kau bahagia bersama orang ketiga, namu jangan kau beranggapan ini adalah sebuah kekalahan aku hanya merasa sakit jika kau terus menatap senyum palsumu, dan dengan mulut manismu kau usapkan luka terburuk dalam hidup ini, sampai akhirnya kau sendiri akan mengerti seperti apa susahnya menjadi diriku ini.
saat mereka tertawa karena kita tak lagi bersama dan kau seolah-olah bahagia dengan petaka yang terjadi di antara kita, saat itu aku hanya bisa menjadi manusia hina yang jauh dari kata sempurna, lalu dengan bangga kau menaburkan deretan luka diatas kata setia, dan dengan mudahnya kau undang orang ketiga sebagai kata kau tak lagi bahagia bersama.
Jika saja ukuran sebuah bahagiamu adalah menyakiti apa kau tak takut jika itu terjadi padamu kelak, jika bahagiamu hanyalah sebatas menghianati apa kau tak sakit jika menjadi pihak yang di hianati, dan di tinggal pergi bagai sampah yang tak berarti lagi.
mungkin benar bahagiamu berada di sisi ujung yang kau lihat tapi sakit yang kau beri harus kau bayar suatu hari nanti, dengan tangis dan sesal tanpa ujung, jika kau tetap bisa bahagia bersamanya maka akan datng saatnya orang ketiga yang merusak bahagiamu lebih dari apa yang kau lakukan padaku, itu bukan doaku juga harapku.
ingatlah wajah yang penuh dendam dan kemarahan ini, api yang kau sulut telah menjalar keseluruh diriku, dan apa yang kau mainkan akan menjadi luka yang lebih dari apa yang kau tanam sekarang. Sampai tangisan darahpun takan pernah kulupa apa yang kau lakukan padaku, dan ingatlah tuhan tak pernah tidur, tak juga tuli, maka nikmati bahagiamu selagi mampu sebelum istana bahagiamu menjadi duri tajam yang siap menhujammu.
barisan kat-kata ini adalah sebuah kebencian dan juga sebuah kekecewaan jika kau mengerti ini mulailah berfikir dan nikmatilah permadanimu selagi masih ada waktu untukmu berbahagia, karena saat tiba waktunya nanti takan ada lgi senyum atau bahagia bersamamu secuilpun aku tak pernah iklaskan dirimu.
CORETAN TINTA
INSFIRASI DIRI
Thursday, 15 September 2016
ENTAH APA ENTAH SIAPA
Terkadang kita cukup bahagia dengan hal sederhana yang kita punya, sampai akhirnya datang pembanding yang mengusik diri kita, ya orang ketiga, ke empat atau seterusnya, lalu kita lebih banyak mendengar mereka daripada apa yang kita yaqini sebagai sebuah kebahagiaan, dengan lantang kita lari dan berharap kebahagiaan yang lebih, lalu sampai satu titik kau akan sadar bahwa berjuang tak sebercanda itu, tak seperti lidah yang mudah untuk berucap, atau tulang bengkok yang tak mampu lurus.
Kita selalu punya pilihan untuk menentukan siapa yang berhak mendapatkan diri kita, tapi jangan lupa pada siapa kau akan merasa lebih nyaman, dan buatlah dia yang telah menyamankan mu lebih nyaman di sampingmu, karena hubungan tak semudah itu, terkadang yang kita butuhkan adalah sendiri dan diam dalam renungan hati bukan mendengar dengan telinga kiri, lalu kau mengambil perbandingan dengan kebahagiaan orang lain, hidup tak semudah itu, bener kita perlu mencari kebahagiaan tapi ada kalanya badai cobaan datang menghampiri untuk sekedar menyapa, sebarapa kuat kita menjaga, bukan seberapa hebat kita berlari dan meninggalkan pasangan yang tengah tertati-tati.
Mulailah belajar dewasa untuk berjuang jangan bermain, api yang kecil mungkin terasa menyenangkan tapi angin yang besar akan membuatmu terbakar, bukan hanya kau yang menyesal tapi semua orang pun akan ikut di dalamnya, sampai titik itu kau akan tau bahwa hidup itu perlu sebuah kekuatan, jika kau merasa jauh dengan nya maka cobalah bersikap lebih lembut dan meyaqinkannya bukan pergi dengan yang lain, luka takan sembuh hanya karena kau membasuhnya dengan air garam, luka yang dalam akan terus membekas sampai kapanpun, mungkin saat ini kau merasa di atas karena banyak yang menginginkanmu, tapi suatu saat kau akan tau seperti apa rasanya jatuh di kubangan lupmpur yang busuk, sampai tak satupun seseorang yang mau menjamahmu.
Sekali lagi jangan kau menabur kebencian, mengajari kebencian hanya melahirkan dendam, dalam dendam hanya akan menambah luka yang dalam, bisa saja kau tertawa saat melihat dia terluka, dan merasa menang karena telah membuatnya sengsara, tapi inget waktu terus berputar dan waktu lebih cepat akan memberimu pelajaran berharga, sekarang kau tertawa tapi tidak untuk esok hari, itulah fitrah manusia, kadang kita hanya merasa kitalah yang berkuasa, tak semudah itu dalam mengambil sebuah keputusan.
Kadang kita merasa puas dengan apa yang kita lakukan tanpa sadar kita telah membuat kekacauan, mengukur semuanya dengan sebuah kemenangan, lalu kita merasa bangga karena orang yang kita hancurkan tanpa melawan, hidup tak sesederhana itu kawan, hari ini kau merasa jadi ratu atau raja, esok belum tentu, menghancurkan barang lama dan membuat barang baru yang kau anggap lebih berwarna, lalu kau suka karena perbandingan itu, bersiaplah menyesal seumur hidup.mungkisn saat ini kau merasa puas dan bangga memiliki nya tapi suatu saat kau akan merasa lebih hina dengan apa yang kau lakukan sekarang, mungkin saat ini kau tertawa bak menonton drama namun suatu hari kau akan ingat dengan hal ini dan tangismu tiada henti.
Thursday, 18 August 2016
SENIOR ABADI
Derita mahasiswa semester tua, jarang kenal ama adek
tingkat, terlihat bodoh karena ga lulus-lulus tambah lagi kalau ketemu dosen
seperti maling ketauan, di anggap perusak akreditasi dan merasa minder kalau
mau kenalan ama orang lain, takut di tanya semester dan juga kapan wisuda.
Itulah jalan hidup saya, apa lagi kalau waktu pulang sangat
luar biasa banyak hujaman kata dan sering kita tak berdaya, kapan wisuda, lama
amat, kenapa bego apa maen-maen aja,?
Mereka ga tau seperti apa kita berjuang untuk wisuda dan
seperti apa kita harus bertahan di atas badai cerca dan riuhnya gunjingan di
telinga, apalagi jika sampai bertemu dengan adek tingkat yang jauh di bawah
kita dan dia membawa seonggok kertas yang telah di jilid cover emas, rasanya
septi menjadi manusia terbodoh di dunia.
Ga malu kalau kaya gitu, hay bro fikir sekali lagi
pertanyaan ente, kami para mahasiswa abadi yang harus menanggalkan rasa malu
untuk mencapai cita-cita kami, kami harus bisa bertahan dalam tekanan orang
tua, masyarakat, saudara dan teman-teman, kami teruji jika kami mampu
melewatiini, kami terbiasa dengan tekanan, dan kami menjadi manusia yang berani
menerima kesalahan dan siap memperbaiki.
Jika saja kami berhenti apa gunjingan kalian akan berhenti,
tidak tentunya kalian akan lebih menertawakan kami dan dengan lantang kalian
berucap manusia gagal, kami boleh telat tapi kami ga mau gagal, kami boleh
terhina tapi kami bisa mengatasinya, karena kami manusia terpilih yang harus
siap dengan keadaan ini, dan kami siap untuk terus berjalan tanpa lagi melihat
kalian.
Bagi kami para senior yang telah habis masa aktif dan
berujung di masa tenggang, seperti berjalan di atas duri yang tajam tapi kami
terlatih untuk tersakiti, dan nasib kami nanti siapa yang akan tau, jadi
seperti apa kami dan bagaimana kami nantinya.
Kalian hanya bisa menjudge kami sebagai manusia bodah, tapi
apa yang akan kalian katakan jika kami berhenti sampai disini, apa kalian akan
diam dan turut bersedih, apa sedih dan diam kalian membuat kami merasa bahagia?
Apa kalian berfikir dan bertanya tentang masalah kami
disini, jika saja kalian berada pada posisi kami apa kalian yaqin tak
mengikatkan tali di leher atau pergi menghindar dari situasi ini, mampukah
kalian berada di posisi ini?
Jika saja kalian tau seperti apa perjuangan kami mungkin
kalian akan berfikir ulang untuk bertanya kepada kami di sini, dan mulai
memberi kami motivasi bukan sebuah hinaan dan cacian seperti ini.
Kami hanya butuh sebuah toleransi, bukan sebuah kebiri,
mungkin kami terlihat buruk karena terlalu lama berada di sini, tapi apakah
kalian pernah berfikir apa yang akan terjadi pada kami nanti, takdir telah
menanti jika ini sebuah kesalahan ijinkan kami memperbaiki dan jika ini adalah
sebuah takdir kami terima dengan iklas tapi hanya satu doa kami jangan tambah
kehinaan kami dengan gagal di ujian akhir kami.
Karena untuk mencapai ini kami telah relakan waktu, tenaga,
harta dan fikiran kami, sebuah ketotalan yang kami beri ini semoga berarti bagi
kami di suatu hari nanti.
HORMAT KAMI SENIOR ABADI
Wednesday, 27 July 2016
WAHAI HATI
Wahai hati, jika kau ada di dalam hatiku tetaplah di sana
walau tangis menyertaimu.
Wahai hati, bersabarlah dalam melihat tingkah ku yg sering
membuatmu sedih.
Aq punya banyak cerita yg kau pun tau itu, tapi dengarlah
agar aq merasa ringan menanggungnya.
Wahai hati, bijaklah dalam menghadapi tingkahku, aq tau
banyak tangismu di banding bahagiamu.
Aq yakin ini adalah sebuah clotehan dunia yg sengaja di
berikan kepada kita agar kita kuat.
Wahai hati, kamulah sabatku yg tak terganti, bisikanmu
bagaikan air di padang sahra nangersang.
Aku tegguk setiap tetes bisikanmu, aq berharap ada bulir
bahagia bersamanya.
Wahai hati lihatlah sabat kecilmu ini, tangismu mungkin tak
kudengar tawamu pun tak ku lihat.
Tapi aq yakin ini adalah sebuah belokan bukan jalan buntu. Bersabarlah
hati
Jika suatu saat nanti aq temukan bahagia temui aq dalam
mimpi dan kita rayakan kebahagiaan itu berdua,
Wahai hati ingatkah waktu dulu, sapa kecilmu selalu
mengingatkan ku sebelum aq melamgkah.
Wahai hati semoga engkau tak pernah lelah berada dalam
nurani ku, berbisik kebahagian.
wahai hati semoga engkau masih selalu menemaniku dalam
setiap langkah dalam hidupku.
Wahai hati aq tak pernah berani berjanji untuk selalu
mencintai tapi aq selalu mengharapkanmu ada di dalam diriku.
Wahai hati mungkin kita telah di takdirkan bersama, ikatan
yg tak terlepas sampai akhir hayat.
Wahai hati tangisanmu sering dari deritaku, atau salahku.
Wahai hati maafkan jiwa ini yang belum mampu memberi senyum
di dirimu
Wahai hati cobalah kau bersabar...
Bersabar dan besabar.....
Sampai saat nanti selebrasi itu menanti kita bersama, kita
lukiskan dunia kita bersama di bawah teduhnya cahaya surya, dan di kelipan
bintang yang temarang.
Bersama kita selamanya.
Tuesday, 21 June 2016
SESAL KU
Butiran itu tak jatuh begitu saja, setelah menatapruang kosong di ujung mata, seperti sinar gelapmulai merambatmenembus dinding-dinding sunyi. Mata sayu tertutup derasnya aliran air, menatap basah tanah bergunduk berhiaskan bunga segar, dalam mataku tergambar jelas warna tawa dan senyum yang terasa dekat di pelupuk mata, jiwa sosok wanita mulia, yang rela menghabiskan sisa waktu nya hanya untuk sebyuah kebahgiaan permata hatinya, memberi tanpa meminta kembali, dan berharap bahagia tanpa tauseperti apa dirinya nanti.
Surya mulai redup, tertutup awan, dan merendahkan muka mengintip di upuk utara, semilir angin menrpa wajahku sekan memeluk ku dalam sesal yang ku alami, ku tatap sesal tak berujung dalam hatiku, sesak mulai terasa kembali, menatap kosong jiwa yang terlupa.
Seperti sendiri aku mulai melangkah pergi menarik diri meski berat, semua jelas terlihat di mataku kekosongan yang mulai menyelimutiku, sebuah sesal yang tak berujung, sebuah maaf yang tak terucap di bibirku. Saat aku kembali dan mulai berjalan dari sisi gelap yang ku alami serasa semuanya telah berbeda, kekosongan yang ku rasa dalam jiwa.
Tersadar aku pada duniaku yang tak lagi beraga pada genggamanyang selama ini aku kenali, lingkungan yang begitu asing bagiku, rambatan sepi yang begitu meenyayat hati, ku coba menerobos suasana yang sulit untuk ku lewati, sebuah sekenario yang begitu luar biasa yang telah terpapar dalam hidup ku.
Seperti mimpi aku tak lagi tau jalan kembali, laksana tanpa tulang aku tak lagi mampu berdiri dan berlari. aku mulai terbiasa dengan sepi dan sendiri mulai menjadi pendusta yang selalu menipu diri sendiri, terlihat kuat dan tegar namun rapuh dan kosong di dalam, aku mampu tertawa dan tersenyum tanpa makna. ku mulai terasa jiwa yang telah hilang terkubur bersama asa yang sirna di sana, di dalam tanah yang berhiaskan bunga mengering di terpa sang mentari.
Aku mulai terbiasa berjalan tanpa tau arah dan tujuan, membuatku lupa tentang arti pengorbanan dan keagungan dari takdir itu sendiri, lupa tentang kepastian dari garis-garis yang telah di tetapkan, yang tertinggal hanyalah sesal tanpa ujung buah dari perjalanan hidupku dan tamparan yang begitu keras mengoyak langkahku.
Sesekali dalam doaku memanjatkan maaf dan ucapan selamat jalan bagimu, selamat jalan ibu semoga kau bahagia di sana, semoga kau tenang disana asamu tetap ku genggam dan doamu akan menjadi cambuk penolong bagiku. semoga kau bahagia disana jangan kawatirkan anakmu disini aku akan baik-baik saja.
SELAMAT JALAN IBU....
Surya mulai redup, tertutup awan, dan merendahkan muka mengintip di upuk utara, semilir angin menrpa wajahku sekan memeluk ku dalam sesal yang ku alami, ku tatap sesal tak berujung dalam hatiku, sesak mulai terasa kembali, menatap kosong jiwa yang terlupa.
Seperti sendiri aku mulai melangkah pergi menarik diri meski berat, semua jelas terlihat di mataku kekosongan yang mulai menyelimutiku, sebuah sesal yang tak berujung, sebuah maaf yang tak terucap di bibirku. Saat aku kembali dan mulai berjalan dari sisi gelap yang ku alami serasa semuanya telah berbeda, kekosongan yang ku rasa dalam jiwa.
Tersadar aku pada duniaku yang tak lagi beraga pada genggamanyang selama ini aku kenali, lingkungan yang begitu asing bagiku, rambatan sepi yang begitu meenyayat hati, ku coba menerobos suasana yang sulit untuk ku lewati, sebuah sekenario yang begitu luar biasa yang telah terpapar dalam hidup ku.
Seperti mimpi aku tak lagi tau jalan kembali, laksana tanpa tulang aku tak lagi mampu berdiri dan berlari. aku mulai terbiasa dengan sepi dan sendiri mulai menjadi pendusta yang selalu menipu diri sendiri, terlihat kuat dan tegar namun rapuh dan kosong di dalam, aku mampu tertawa dan tersenyum tanpa makna. ku mulai terasa jiwa yang telah hilang terkubur bersama asa yang sirna di sana, di dalam tanah yang berhiaskan bunga mengering di terpa sang mentari.
Aku mulai terbiasa berjalan tanpa tau arah dan tujuan, membuatku lupa tentang arti pengorbanan dan keagungan dari takdir itu sendiri, lupa tentang kepastian dari garis-garis yang telah di tetapkan, yang tertinggal hanyalah sesal tanpa ujung buah dari perjalanan hidupku dan tamparan yang begitu keras mengoyak langkahku.
Sesekali dalam doaku memanjatkan maaf dan ucapan selamat jalan bagimu, selamat jalan ibu semoga kau bahagia di sana, semoga kau tenang disana asamu tetap ku genggam dan doamu akan menjadi cambuk penolong bagiku. semoga kau bahagia disana jangan kawatirkan anakmu disini aku akan baik-baik saja.
SELAMAT JALAN IBU....
Monday, 20 June 2016
Wahai Wanita Pemabca Surat ku
Wahai wanita pembaca surat ku......
terimakasih telah setia menemaniku
selama ini, dan terimakasih ku padamu telah menjadi wanita pilihan hati ku yang
setia menjaga setia ku.
Wahai wanita pembaca surat ku...
Taukah kau saat ku tulis surat ini
ingatan ku kembali pada masa 2 tahun lalu, di mana aku bertemu dan menatap
wanita yang begitu istimewa disana, dan setelah itu aku tak lagi bisa berpaling
dari senyumnya, matanya, suaranya dan semua tentang nya.
Wahai wanita pembaca surat ku...
Dua tahun lalu hingga detik ini
harus ku akui bahwa hanya dialah wanita kedua yang ku sayang dengan dan ku
cinta, dia menjadi wanita teristimewa kedua yang ku punya dalam hidup ku.
taukah kau, sesekali dalam doaku aku beranikan menyebut nama nya, dan seraya
berucap memohon dalam rintihan doa ku pada Nya.
Wahai wanita pembaca surat ku.....
Dua tahun yang lalu mungkin tak
pernah terbayangkan bagi kita, akan mampu bersama melangkah sampai sejauh ini
melewati badai cobaan dan tajamnya cemburu serta curiga, dengan menjaga dan
saling percaya. Dua tahun yang lalu bukanlah waktu singkat bagi kita saling
mengenal dan memahami, selama dua tahun ini kita merasakan banyak hal bersama,
tangis canda, tawa sedih, suka dan duka, semuanya telah bepadu dalam kisah
kita.
Wahai wanita pembaca surat ku...
Setelah dua tahun berlalu, aku
merasa begitu yakin meminta dalam barisan doa , tuhan bolehkah aku bersama
dengannya selamanya, bolehkah aku menjadi pelindungnya menjadi imam yang sah di
hadapanmu tuhan, ijinkanlah kami bersama selamanya dan mengikat janji suci nan
abadi di depan para saksi dan walinya.
Wahai wanita pilihan hatiku, bolehkah aku bertanya
kepadamu?
mau kah kau menemaniku, dalam suka
dan duka ku?
bolehkah aku sholat selangkah lebih
maju di depanmu, dan kau mengikuti gerakku?
bolehkah aku melingkarkan cincin di
jari manismu seraya menjabat tangan walimu dan akan ku ucapkan janji setiaku
padamu di hadapan para saksi?
maukah kau menjadi ibu dari
keturunanku dan bersediakah kau menerima tawaranku untuk setia menggenggam hati
bersamaku, duni akhirat.
Maukah engkau wanita pembaca surat
ku....
Sunday, 19 June 2016
SAHABAT VIP
Sahabat, kita memiliki kisah yang begitu hebat, bukan terlahir dari satu keluarga yang sama namun kita bisa saling menjaga rasa, dan saling membantu dalam setiap masalah. candaan dan ejekan yang terkadang menyakitkan namun akan di balas dengan gelak tawa yang mencairkan suasana.
Sahabat, sebaik itukah masa-masa kita dulu, dalam satu naungan dan satu jutuan, walau berbeda gerbong dan kesempatan, kadang kita berselisih faham dalam bercanda, berdebat dalam hal yang sangat remeh, terlihat benci tapi akhirnya tertawa kembali.
Sahabat adalah ikatan kecil yang erat, saling mendukung dan saling suport, dalam satu hal akan berbeda namun tetap saling menjaga, tertawa bersama dan bercerita bersama dalam irama yang berbeda. mungkin ada hal yang bisa kita lupakan namun akan selalu ada cerita tentang kalian, dalam ruang lingkup yang pengap, dalam ikatan sahabat.
Sekarang kita tak lagi bersua dan jarang saling sapa, karena sibuk dengan semua katifitas, dan rutinitas, tapi jika kalian menatap kebelakang tentang sebuah cerita di masa kuliah maka kalian akan ingat dengan senyum dan tawa.
Sahabat selalu ada cerita tentang kalian, tentang semua kegilaan yang sering tak kita sadari, ada sebuah kata yang terlihat buruk namun membuat kita merasa bahagia, itulah kisah, yah kisah sahabat, saling berbagi, saling menghormati, tanpa kita pandang ras, suku atau golongan semua adalah sahabat, semua memiliki karakter yang di butuhkan, bahkan hal terbodohpun akan menjadi hiburan yang bisa jadi sajian yang menyenangkan.
untuk para sahabat disana, sukses selalu untuk kalian jangan lupakan markas terburuk kita, salam satu jiwa dari VIP.
Sahabat, sebaik itukah masa-masa kita dulu, dalam satu naungan dan satu jutuan, walau berbeda gerbong dan kesempatan, kadang kita berselisih faham dalam bercanda, berdebat dalam hal yang sangat remeh, terlihat benci tapi akhirnya tertawa kembali.
Sahabat adalah ikatan kecil yang erat, saling mendukung dan saling suport, dalam satu hal akan berbeda namun tetap saling menjaga, tertawa bersama dan bercerita bersama dalam irama yang berbeda. mungkin ada hal yang bisa kita lupakan namun akan selalu ada cerita tentang kalian, dalam ruang lingkup yang pengap, dalam ikatan sahabat.
Sekarang kita tak lagi bersua dan jarang saling sapa, karena sibuk dengan semua katifitas, dan rutinitas, tapi jika kalian menatap kebelakang tentang sebuah cerita di masa kuliah maka kalian akan ingat dengan senyum dan tawa.
Sahabat selalu ada cerita tentang kalian, tentang semua kegilaan yang sering tak kita sadari, ada sebuah kata yang terlihat buruk namun membuat kita merasa bahagia, itulah kisah, yah kisah sahabat, saling berbagi, saling menghormati, tanpa kita pandang ras, suku atau golongan semua adalah sahabat, semua memiliki karakter yang di butuhkan, bahkan hal terbodohpun akan menjadi hiburan yang bisa jadi sajian yang menyenangkan.
untuk para sahabat disana, sukses selalu untuk kalian jangan lupakan markas terburuk kita, salam satu jiwa dari VIP.
Subscribe to:
Posts (Atom)